A. DINASTI AL-MURABITUN (448 H-541 H)

Murabbitun atau Almoravid adalah Dinasti Barbar yang berasal dari Sahara serta menyebar di wilayah Afrika Barat laut dan Semenanjung Iberia selama Abad ke-11. Dibawah Dinasti Moor, dinasti ini terbentang dari Maroko, Sahara Barat, Gilbaltral, Tlemcem(di Aljazair), Senegal, Mali, Spanyol, dan Portugal. Asal-usul Dinasti ini berasal dari Lemtunah, salah satu anak dari suku Shanhajah atau Shajah, yakni kelompok suku Barbar yang mendiami gurun sahara antara Maroko bagian selatan , tepi sungai Sinegal hingga sungai sungai Niger.
Dinasti ini berawal dari sekitar 1.000 anggota pejuang. Kegiatan mereka antara lain menyebarkan ajaran Islam dengan mengajak suku lain untuk menganut ajaran Islam. Mereka mengambil ajaran mazhab Salaf (gerakan Salafiyah). Di bawah pimpinan spititual, Abdullah bin Yasin dam seorang komandan militer, Yahya bin Umar, berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Wadi Dara.
Kemudian berhasil menaklukkan Kerajaan Sijilmasat yang di kuasai Masud bin Wanuddin Al-Magrawi tahun 447 H. Ketika Yahya bin Umar wafat, beliau digantikan saudaranya Abu Bakar bin Umar, kemidian melakukan penaklukkan kedaerah Maroko. Pada tahun 450 H ia menyebrang ke atlas tinggi (hit atlas).
Pada penyerangan selanjutnya Abdullah bin Yasin tewas pada tahun 451 H saat memerangi suku Baghwata. Sejak itu Abu Bakar memegang tampuk kekuasaan secara penuh dan lambat laun ia berhasil mengembangkan sisitem kesultanaan. Penaklukkan pun berlanjut kedaerah Marrakech (Maroko) pada tahun 462 H.
Kemudian Abu Bakar kembali ke sahara untuk menegakkan perdamaian di antara kaum Al-Murabitun. Hal ini dilakukan setelah mendapat informasi ada penyerangan ke Maghribi yang melibatkan sebagian kaum Sahaja. Penyerangan ini dilakukan oleh Bulugan, Raja Kala dan Bani Hammad. Selanjutnya ia menyerahkan tampuk kekuasaannya kepada Yusuf bin Tasyim 500 H, setelah tidak lagi berkuasa Abu Bakar tinggal di Sudan sampai akhir hayatnya 1080 M.
Pada tahun 1062 Yusuf bin Tasyim mendirikan ibu kota di Maroko. Tahun 1078 berhasil menaklukkan Fez dan Tangier tahun 1078. Pada tahun 1080-1082 ia berhasil memperluas kekuasaannya ke Aljazair.
Puncak prestasi dan karir politiknya di capai ketika ia berhasil menyebrang ke Spanyol. Ia datang ke Spanyol  atas undangan Amir Cordova, Al-Mutamid bin Abbas, yang terancam kekuasaannya oleh Raja Alfonso VI (Raja Leon Castillia). Pada 12 Rajab 479 H, terjadi pertempuran di Zallakah, Yusuf bin Tasyim berhasil memenangkan pertempuran tesebut mengalahkan Raja Alfono VI berkat dukungan dari Muluk At-Tawaif yang ada di Andalusia. Selanjutnya ia berhasil merebut Granada dan Malaga, dan di beri gelar Amirul Mukminin.
Yusuf bin Amin juga berhasil menaklukan Amen dan Badajoz. Namun, mendapatkan perlawanan sengit dari Ceuta yaitu di Levante, dan akhirnya ia dikalahkan oleh Ceuta. Tetapi, ia dapat memperoleh kemenangan kembali. Maridali di taklukan pada 503 H. Jemudian Saragoza dan pulau Balearic berhasil diduduki oleh Dinasti Al-Murabitun.
Setelah ia meninggal mewariskan kekuasaannya kepada anaknya, Ali bin Yusuf bin Tasfin. Ali pun berhasil menaklukan Raja AlfonsoVI pada 1111 M. Selanjutnya ia menyebrang ke Andalusia, merampas Tavalera de Rain. Lambat laun Dinasti Al-Murabitun mengalami kemunduran, hal ini di sebabkan karena perubahan sikap dn mental mereka, yakni adanya kemewahan yang berlebihan. Hal ini merubah sikap mereka dari sikap yang keras dalam kehidupan sahara menjadi sikap lemah lembut dalam kehidupan Spanyolyang penuh gemerlap dan kemewahan materi.







2.2 DINASTI AL-MUWAHHIDUN (515 H-667 H)
Dinasti Al-Muwahhidun adalah sebuah dinasti Islam yang pernah berjaya di kawasan Afrika utara dan Spanyol selama lebih dari satu abad, yaitu sejak tahun 515 H sampai 667 H. Dinasti ini diyakini didirikan pada tahun 1114 M, berdasarkan pendirinya, yakni Muhammad bin Tumart (1080-1130 M), yang di kenal dengan Ibnu Tumart. Dinasti Al-Muwahhidun, yang berarti golongan yang berfaham tauhid, didasarkan atas prinsip dakwah Ibnu Tumart yang memerangi faham At-Tajisim yang menggap tuhan mempunyai bentuk (antroporfisme) yang berkembang di Afrika utara pada masa itu.
Dinasti ini muncul sebgai reaksi dari murabbitunyang dianggap telah melakukan banyak penyimpangan dalam akidah. Muwahhidun berkembang di Afrika utara, yang berpusat di Marakesy dan sebagian wilayah Andalusia (Spanyol). Pada masa akhir Murabbitun, Abdullah bin Tumart, seorang sufi Masjid Cordoba, melihat sepak terjang kaum Murabbitun., dan ia pun memperbaikinya. Ia berangkat ke Baghdad guna menuntut ilmu kepada Imam Al-Ghajali.
Setelah dirasa ilmunya sudah memadai, ia kembali dan mempropagandakan ajaranya yang berpaham tauhid. Abdullah bin Tumart dikatakan sebagai pencetus gerakan Muwahhidun, namun ia tidak pernah menjadi sultan dan memdakwahkan diri sebagai Al-Mahdi. Ia memberantas golongan Murabbitun yang menyimpang, menyerukan kemurnian tauhid, menentang kekafiran, dan mengajak untuk amar maruf nahi munkar.
Abdullah bin Tamurt merumuskan sisitem militernya sebagai organisasi pemerintahan. Disusunlah 4 dewan yang terdiri dari atas beberapa bagian berikut:
Dewan Menteri (Ahl al-Asyrah atau Ahl al-Jamaah), yang terdiri atas 10 orang pembaiah Al-Mahdi (kepala dari kalangan murid).
Dewan Majelis Pemuka Suku, yang terdiri dari 50 orang wakil dari tiap suku.
Majelis Rakyat, yang terdiri atas para murid, keluarga Al-Mahdi (ahl al-dar) qabilah hurghah, dan ahl tanmal.
Al-Ghirat, yakni rakyat biasa.
Ragam kebijakan yang ditetapkan adalah sebagai penghormatan terhadap undang-undang, bersifat terpuji, salat tepat waktu, melaksanakan wirid, serta menaati buku akidah muwahhidun.  Adapun para khalifah pada masa ini adalah sebagai berikut:
Abdul Mumin bin Ali al-Khawfi
Awal kepemimpinannya di arahkan kepada dua hal yaitu permasyarakatan ajaran Muwahhidun keseluruh kabilah di Maghribi, serta mengakhiri kekuasaan Muarabbitun. Pada tahun 1137 M, semua kabilah yang ada di Negara Tanmal dan Shaal mengakui, tunduk, serta bersumpah setia. Tahun 1131, ia menaklukan daerah Nadha, Dirah, Tinger, Fajar, dan Giyasah.
Pada tahun 1139 M, ia akhirnaya melancarkan serangan ke Murabbitun. Tahun 1145 M, ia menaklukkan Fas dan Marokes setahun kemudian. Aljazair (1152 M), Tripoli (1154 M), dan sebagian wilayah Andalusia yang dikuasai Kristen. Tahun 1162 M, ia menyerang pedalaman Spanyol, namun ia menunggal sebelum rencananya terlaksana, masa ini merupakan puncak dari Dinasti Muwahhidun.
Abu Yakub Yusuf
Didalan pemerintahannya Dinasti Muwahhidun mengalami kemajuan dari bidang militer dan ilmu pengetahuan.  Dalam bidang militer, ditandai dengan kemampuan kerjasama Muwahhidun dengan dengan tentara Salahudin al-Ayyubi di Mesir untuk mengusir tentsra Salib. Di bidang Ilmu Pengetahuan, ditandai dengan munculnya ulama Ibnu Rusyd (filsafat), Ibnu Taufail (filsafat), Ibnu Malik (ilmu nahwu), Hafidz Abu Bakar al-Jadd (fiqh), dan Abi Bakar bin Zhuhur (ilmu kesehatan).
Didalam kepemimpinannya ia juga banyak melakukan usaha-usah penaklukkan, antaralain pada tahun 1170 M, ia berhasil menguasai Toledo. Andalusia bagian barat berhasil ia kuasai pada tahun 1180 M, tahun 1156 berhasil menaklukkan Almeria, Granada dan negeri-negeri sampai lembah jeni, sekaligus memerangi orang-orang Kristen berhasil ia kuasai pada tahun 1156-1160 M. dan pada tahun 1184, ia berhasil menguasaui Syantrain Andalusi.
Abu Yusuf al-Mansyur
Dalam kepemimpinannya ia berhasil mencatat kemenangan atas penduduk Bani Hamad di Bajaya seusai ia meminta bantuan kepada Bahuddin, panglima Salahuddin al-Ayyubi pada tahun 1184 M. Sedangkan pada tahun 1195 M, ia bisa mematahkan kekuatan Alfonso VIII setelah menguasai Benteng Alarcos, lalu menguasai Toledo, dan akhirnya ke Sevilla.
Muhammad bin Yaqub al-Nashir
Pada saat ia berkuasa, diketahui bahwa ia baru menginjak umur 17 tahun, karena belum mempunyai pengalaman dalam memerintah, maka pemerintahan dijalankan oleh para menterinya. Akan tetapi, akibatnya terjadilah persaingan antara para menteri. Maka dari itu, terjadi pemberontakan diwilayah-diwilayah taklukkan, kota-kota di Spanyol kembali dikuasai oleh Kristen. Sedangkan, pada tahun 1269 M Bani Marin berhasil menguasai Marakesh, dan berakhirlah dinasti Muwahhidun.
2.3 DINASTI MAMLUK MESIR (648-923 H)
Terbentuknya Dinasti Mamluk di Mesir tidak dapat dipisahkan dari Dinasti Ayubiyah ketika terjadi perebutan kekuasaan antara Al-Malik As-Salih dan Al-Malik Al-Kamil. Dalam perebutan kekuasaan ini para tentara yang berasal dari Suku Kurdi memihak kepada Al-Malik Al-Kamil, sementara yang berasal dari budak tergabung dalam Mamluk Bahriyun mendukung Al-Malik As-Shalih. Dalam pertempuran ini Al-Malik As-Shalih mampu mengalahkan Al-Malik Al-Kamlil, sehingga Al-Malik As-Shalih berkuasa dari tahun 1240-1249 M.
Sejak masa itulah kaum Mamluk mempunyai pengaruh besar dalam bidang kemiliteran dan pemerintahaan. Tahun 1249 M, Al-Malik As-Shalih meninggal, kemudian tampuk kekuasaan diserahkan kepada puteranya Al-Malik Al-Muazham Turansyah. Tetapi kaum Mamluk menganggap pengangkatan Turansyah tidak tepat, ia dianggap tidak tau seluk beluk Mesir, karena ia banyak bermukim di Jazirah Eupurt. Mamluk Bahriyun berusaha memperkuat diri dibawah pimpinan  Baybar dan Aybak.
Tahun 1250 M, kaum Mamluk berhasil merebut kekuasaan dari Turansyah. Kemudian diangkatlah Syajarat Ad-Durr sebagai sultan mereka. Dari sinilah terbentuknya Dinasti Mamluk di Mesir yang di pimpin oleh seorang budak dan berakhirlah dinasti Ayubiyyah menguasi Mesir. Para budak mengangkat Ad-Durr dengan pertimbangan sama-sama berdarah budak dan di harapkan akan membela kepentingannya.
Dinasti Mamluk di Mesir terbagi menjadi dua, yaitu Mamluk Bahari dan Mmamluk burji. Sultan pertama Dinasti Mamluk Bahari adalah Izzuddin Aibak, sedangkan sultan yang terkenal antara lain Qutuz, Baybars, Qalawun, dan Nasir Muhammad bin Qalawun. Dinasti Mamluk Burji kemudian mengambil alih pemerintahan dengan menggulingkan sultan Mamluk Bahari terakhir, As-Salih Hajji bin Syaban.
Sultan pertama dinasti Mamlik Burji adalah Barquq (784-801 H). Dinasti Mamluk Mesir memberikan sumbangan besar bagi sejarah Islamdengan mengalahkan klompok Nasrani Eropayang menyerang Syam. Selain itu pula bangsa ini berhsil mengalahkan Bangsa Mongol, merebut dan mengislamkan Kerajaan Numbai (Ethiophia), serta menguasai Pualu Syprus dan Rhodes.
Dinasti Mamluk Mesir berakhir setelah Al-Asyras Tuman Bai, sultan terakhir, dihukum gantung oleh pasukan Turki Usmani. Peninggalan Dinasti Mamluk antara lain berupa Masjid Rifai, peninggalan Dinasti Mamamluk antara lain berupa Masjid Rifai, Mausoleum Qalawun, dan Masjid Sultan Hasan di Kairo.
2.4 DINASTI FATIMIYAH (909 M-1171 M)
Dinasti ini mengklaim sebagai keturunan istri Ali nin Abi Thalib, yaitu Fatimah. Dinasti Fatimiyah merupakan salah satu Dinasti Syiah dalam sejarah Islam. Dinasti Fatimiyah didirikan di Tunisia pada tahun 909 M sebagai tandingan bagi penguasa  dunia muslim saat itu yang terpusat di Baghdad, yaitu Bani Abbasiyah.
Dinasti Fatimiyah didirikan oleh Said bin Husain. Wilayah kekuasaan dinasti ini meliputi Afrika utara, Mesir, dan Suriyah. Fatimiyah mengalami puncaknya pada masa kepemimpinan Al-Aziz. Kebudayaan mengalami puncaknya dengan ditandai berdirinya Masjid Al-Azhar, yang berfungsi sebagai pusat pengkajian Islam dan pengetahuan.
Adapun para penguasa Dinasti Fatimiyah antara lain Al-Mahdi (909-939 M), Al-Qaim (934-949 M), Muiz Lidinillah (968-975 M), Al-Aziz (975-996 M), Al-Hakim (996-1021 M), Az-Zahir (1021-1036 M), Al-Mustanir (1036-1095 M), Al-Mustali (1095-1101 M). Adapu berbagai kemajuan peradaban yang berhasil di raih oleh dinasti ini antara lain kondisi sosisl, mayoritas khalifah Dinasti Fatimiyah bersikap moderat dan penuh perhatian terhadap urusan agama nonmuslim. Dalam bidang ilmu pengetahuan dan kesusastraan, dalam bidang ini pada masa Khalifah Al-Aziz berhasil mengubah masjid agung Al-Azhar menjadi sebuah lembaga pendidikan.
Dalam bidang pemerintahan, Dinasti Fatimiyah membagi pemerintahannya menjadi dua yaitu pertama kelompok militer yang kedua kelompok sispil. Selain pejabat pusat terdapat juga pejabat pada masing-masing daerah, sebagai gubernur. Dan dalam bidang keagamaan yaitu penyebaran paham Syiah.
Dinasti Fatimiyah mengalami kemunduran pada saat akhir masa jabatan Khalifah Al-Aziz. Dan semakin kelihatan pada masa kepemimpinan Al-Muntasir dan terus berlanjut pada era kepemimpinan Al-Adid (567 H). Ada dua faktor yang menyebabkan kemunduran dan runtuhnya Fatimiyah pertama faktor internal yaitu para Khalifah sudah tidak lagi memiliki semangat juang tinggi, seperti para pendahulunya, para Khalifah kurang cakap dalam hal kepemerintahan, hal ini disebabkan para Khalifah yang diangkat relative masih muda, yang mengakibatkan mereka hanya menjadi boneka dalam penerintahan tersebut.
Faktor lainnya yaitu karena wabah penyakit dan kemarau panjang. Yang kedua faktor eksternal yaitu menguatnya kekuasaan Nur Al-Din Al-Zanki di Mesir. Popularitasnya meningkat karena berhasil mengalahkan pasukan Salib.
2.5 DINASTI AGHLABIYAH (800-900 M)
Dinasti Aghlabiyah didirikan di Aljazariyah dan Sicilia oleh Ibrahim bin Aghlab, seorang yang dikenal mahir dibidang administrasi. Dengan mengandalkan kemahirannya itu, ia bisa mengatur roda pemerintahannya dengan baik. Dinasti ini salah satu dinasti Islam di Afrika Utara yang berkuasa sekitar 100 tahun (800-909 M), wilayah kekuasaannya meliputi Ifriqiyah, Algeria, dan Sicilia.
Aghlabiya sejatinya adalah sebuah provinsi dibawah kekuasaan Bani Abbasiyah. Ibrahim bin Akhlab merupakan Gubenur yang di angkat oleh Haru Ar-Rasyid, yang memberikan kewenangan terhadap Ibrahim bin Akhlab. Hal ini bertujuan untuk melemahkan dua kekuatan yang mengancam Abbasiyah sewaktu itu.
Dua kekuatan tersebut adalah Dinasti Idrisiyah dan Golongan Khawarij. Setelah berhasil menangani keadaan, Ibrahim bin Alghab mengusulkan kepada Haru Ar-Rasyid agar wilayah tersebut dijadikan hadiah untuknya dan anak keturunannya Secara permanen. Bila di kabulkan, ia berjanji akan selalu mengirim upeti ke Baghdad sebanyak 40.000 dinar per tahun.
Pusat pemerintaha Dinasti Aghlabiyah terletak di Qirawan, Tunisia. Dinasti ini pula berperan dalam mengganti bahasa Latin dengan Bahasa Arab, serta menjadikan Islam sebagai agama mayoritas. Dinasti Aghbaliyah berhasil menduduki Sicilia dan sebagia besar Italia selatan, Sardina, Corsica bahkan pesisir Alpen pada abad ke-9.
Pada akhir abad ke-9 Dinasti Akhbaliyah di Ifrikiyah mengalami kemunduran, dengan masuknya propaganda syiah. Selanjutnya salah satu faktor yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Aghbaliyah  adalah hilangnya ikatan-ikatan solidaritas sosial. Terjadi juga penyerangan oleh dinasti Fatiniyah, yang akhirnya meruntuhkan Dinasti Akhbaliyah.

B. KESIMPULAN
        Dinasti Aghlabiyah, Fatimiyah, dan Ayyubiyah merupakan dinasti-dinasti kecil yang berdiri sekira abad 8-12 Masehi. Walaupun termasuk dinasti-dinasti kecil, tetepi pengaruhnya cukup besar bagi kemajuan umat muslim di dunia. Dengan berbagai aspek yang telah diraihnya seperti berkembangnya kekuasaan islam, ilmu ilmu dan pengetahuan pada masa itu serta peninggalan- peninggalan nya yang saat ini di jumpaiafrika di wilayah sekitar Afrika, oleh karena itu maka dapat dijadikan tolak ukur sebagai bahan untuk menuju proses peradaban Islam pada masa sekarang dan yang akan datang supaya lebih baik.



















DAFTAR PUSTAKA
Aizid Rizem, 2015. Sejarah Peradaban Islam Terlengkap, Bandung; DIVA press
Samsul Munir Amin, 2010. Sejarah Peradaban Islam, Jakarta; Amzah
Tohir Ajid, 2009. perkembangan peradaban di kawasan dunia Islam, Jakarta;  Rajawali press



Komentar

  1. Harrah's Cherokee Casino and Hotel - DRMCD
    Harrah's Cherokee 청주 출장안마 Casino 경기도 출장샵 and Hotel. 1 casino hotel in Cherokee. 1 casino hotel in Cherokee. 1 양산 출장마사지 casino hotel in Cherokee. 1 casino hotel in 양주 출장샵 Cherokee. 여수 출장샵

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Asal-usul kerajaan Banten