Asal-usul kerajaan Banten

Asal – usul Kerajaan Banten

Berdirinya Kerajaan Islam Banten ini bermula dari upaya Sunan Gunung Jati ( Syarif Hidayatullah dari Cirebon pada tahun 1524 atau 1525  yang meletakkan dasar bagi pengembangan agama dan Kerajaan Islam serta bagi perdagangan orang-orang Islam disana. Pada tahun 1475 M, beliau  menikah dengan adik bupati Banten yang bernama Nhay Kawunganten, dua tahun kemuadian lahirlah anak perempuan pertama yang di beri nama Ratu Winahon dan pada tahun berikutnya lahir pula pangeran Hasanuddin.
Kerajaan Islam di Banten saat itu lebih dikenal oleh masyarakat Banten dan sekitarnya dengan sebutan Kesultanan Banten. Kesultanan Banten telah mencapai masa kejayaannya dimasa lalu  dan telah berhasil merubah wajah sebagian besar masyarakat Banten. Pengaruh yang besar  diberikan oleh islam melalui kesultanan dan para ulama serta mubaligh Islam di Banten seperti tidak dapat disangsikan lagi dan penyebarannya melalui jalur politik, pendidikan, kebudayaan dan ekonomi dimasa itu.


Raja-raja yang berkuasa di Kerajaan Banten

Maulana Hasanuddin (1552-1570 M)
Banten menjadi kerajaan yang bebas ketika Maulana Hasanuddin menjadi raja. Pada masa ini, Banten mampu melepaskan diri dari kerajaan Demakkarena situasi Demak yang kacau pada saat itu. Ia meletakkan dasar-dasar pemerintahan dan mengangkat dirinya sebagai raja pertama Kerajaan Banten. Pada masa pemerintahannya, agama Islam dan kekuasaan Kerajaan Banten berkembang cukup pesat.
Maulana Hasanuddin juga memperluas wilayah kekuasaannya ke Lampung. Dengan menduduki Lampung, maka Kerajaan Banten merupakan penguasa tunggal jalur lalu lintas pelayaran perdagangan Selat Sunda, sehingga setiap pedagang yang melewati Selat Sunda diwajibkan untuk melakukankegiatannya di Bandar Banten.
Panembahan Yusuf (1570-1580 M)
Pada pemerintahan Panembahan Yusuf, Ia berupaya untuk memajukan pertanian dan pengairan. Ia juga berusaha memperluas wilayah kekuasaan kerajaannya. Langkah-langkah yang ditempuhnya antara lain merebut Pakuan pada tahun 1579 M. Dalam pertempuran tersebut, raja Pakuan yang bernama Prabu sudah tewas.
Kerajaan Pajajaran yang merupkan benteng terakhir kerajaan Hindu di Jawa Barat berhasil dikuasainya. Banten berhasil mengalahkan kerajaan Padjajaran pada tahun 1579. Dengan kekalahan Pajajaran, ajaran Islam mulai dapat menyebar ke pedalaman. Namun, tidak semua orang pedalaman bersedia masuk Islam. Mereka yang tidak bersedia kemudian menyingkir ke Banten Selatan. Keturunan mereka kemudian menjadi suku Baduy. Pada umumnya, mereka masih memeluk agama Pasundan Kawitan, yaitu agama nenek moyangnya. Setelah 10 tahun memerintah, Panembahan Yusuf wafat akibat sakit keras yang dideritanya.

Maulana Muhammad
Ketika Panembahan Yusuf sedang sakit, sudaranya yang bernama Pangeran Jepara datang ke Banten. Ternyata Pangeran Jepara yang dididik oleh Ratu Kali Nyimat ingin menduduki kerajaan Banten. Tetapi mangkubumi Kerajaan Banten dan pejabat-pejabat lainnya tidak menyetujuinya. Mereka mengangkat putra Panembahan Yusuf yang baru berumur sembilan tahun bernama Maulana Muhammad menjadi raja Banten dengan gelar Kanjeng Ratu Banten. Mangkubumi menjadi wali raja. Mangkubumi menajalankan sekuruh aktivitas pemerintahan kerajaan sampai rajanya siap untuk memerintah.
Maulana Muhamad yang beranjak dewasa memimpin penyerangan ke Palembang dengan tujuan menduduki bandar-bandar dagang yang terletak di tepi Selat Malaka agar bisa dijadikan tempat untuk mengumpulkan lada dan hasil bumi lainnya dari Sumatra. Namun, serangan tersebut gagal. Bahkan, Maulana Muhamad sendiri gugur dalam penyerangan tersebut. Kemudian tahta kerajaan berpindah kepada putranya yang baru berumur lima bulan yang bernama Abu Mufakir.

Abu Mufakir
Abu Mufakir dibantu oleh wali kerajaan yang bernama Jayanegara. Akan tetapi, ia sangat dipengaruhi oleh pengasuh pangeran yang bernama Nyai Emban Rangkung. Pada tahun 1596 juga untuk pertama kalinya orang belanda tiba di Indonesia dibawah pimpina Cornelis de Houtman. Mereka berlabuh di pelabuhan banten. Tujuan awal mereka adalah untuk membeli rempah-rempah.
Setelah wafat, Abu Mufakir digantikan oleh putranya dengan gelar Sultan Abu Ma’ali Ahmad Rahmatullah. Akan tetapi berita tentang pemerintahan sultan ini tidak diketahui dengan jelas. Setelah Sultan Abu Ma’ali wafat, ia digantikan oleh putranya yang bergelar Sultan Ageng Tirtayasa.

Sultan Agung Tirtayasa (1651-1692 M)
Sultan Ageng Tirtayasa memerintah Banten dari tahun 1651 hingga tahun 1692. Pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa inilah Banten mengalami masa kejayaan. Dalam rangka mempertahankan Banten sebagai salah satu perdagangan di Nusantara, Sultan Ageng Tirtayasa berani bersikap tegas terhadap VOC belanda yang berkedudukan di Batavia dengan menolak kemauan VOC untuk menerapkan monopoli sekaligus mengusir Belanda dari Batavia.
Jarak antara Banten dan Batavia yang dekat membuka peluang meletusnya konflik sewaktu-waktu. Konflik dapat berupa perampokan, perusakan, bahkan pertempuran. Misalnya, rakyat Banten membuat VOC kewalahan dengan mengadakan pengrusakan terhadap perkebunan tebu milik VOC.

Sultan Abdul Kahar/ Sultan Haji
Pada tahun 1671 M Sultan Ageng Tirtayasa mengangkat putranya Sultan Abdul Kahar sebagai raja muda. Sultan Haji menjalankan pemerintahan sehari-hari, sementara Sultan Ageng Tirtayasa beristirahat di Tirtayasa, dan tetap mengawasi jalannya pemerintahan di Banten. Pada tahun 1674 M Sultan Abdul Kahar berangkat ke Mekkah dan setelah mengunjungi Turki ia kembali ke Banten (1676 M). Sejak saat itu ia lebih dikenal dengan sebutan Sultan Haji.
Sultan Haji berbeda dengan ayahnya yang sangat menentang Belanda. Sultan Haji justru cenderung bersahabat dengan kekuatan asing VOC yang kemudian memanfaatkan situasi ini untuk memengaruhi kebijakan pemerintahan Sultan Haji sehari-hari. Melihat hal ini, Sultan Ageng Tirtayasa berniat mencabut kembali kekuasaan Sultan Haji atas Kerajaan Banten. Namun, Sultan Haji menolak dan kemudian meminta bantuan Belanda untuk mempertahankan tahtanya. Akibat pengkhianatan yang dilakukan pytranya sendiri, Sultan Ageng Tirtayasa ditangkap dan dipenjarakan di Batavia. Semenjak itu, Kerajaan Banten tidak lagi berdaulat sepenuhnya tetapi berada dibawah pengaruh VOC.

Keberhasilan dalam Bidang Politik, Ekonomi, dn Sosial

Kehidupan Politik
Pada 1522, pasukan Demak dan Cirebon bergabung menuju Banten di bawah pimpinan Fatahillah dan Syarif Hidayatullah. Putra Syari Hidayatullah yang bernama Pangeran Sabakingkin, yang lebih dikenal dengan nama Maulana Hasanuddin,. Pada tahun1526 Banten berhasil direbut, termasuk Pelabuhan Sunda Kelapa yang itu itu merupakan pelabuhan utama Kerajaan Pajajaran (Kerajaan Sunda). Pelabuhan ini kemudian diganti namaya menjadi Jayakarta. Penguasaan atas Jayakarta berhasil menghambat gerak maju bangsa Portugis baik dari segi politis maupum ekonimis. Orang-orang Portugis asih tetap menyinggahi Pelabuhan Jayakarta untuk kepentingan niaga merica dengan orang-orang Cina yang tinggal di Banten.
Pusat pemerintahan yang semula berkedudukan di Banten Girang dipindahkan ke Surosowan, dekat pantai. Dari sudut ekonomi dan politik, karena untuk memudahkan hubungan antara pesisir Sumatra sebelah barat melalui Selat Sunda dan Selat Malaka . Situasi ini juga berkaitan dengan kondisi politik Asia Tenggara, pada saat itu Malaka telah jatuh dibawah kekuasaan Portugis, sehingga pedagang-pedagang yang enggan berhubungan dengan bangsa Portugis mengalihkan jalur perdagangannya ke selat Sunda. Sejak itulah semakin ramai kapal-kapal dagang mengunjungi Banten.
Pada tahun 1526 Maulana Hasanuddin diangkat sebagai adipati Banten pada tahun 1552 Banten diubah menjadi kerajaan bawahan (semacam Negara bagian) dari Demak. Selain mulai membangun benteng pertahanan di Banten., Maulana Hasanuddin juga melanjutkan perluasan kekuasaan ke daerah penghasil lada di Lampung. Ia berperan dalam penyebaran Islam di kawasan tersebut. Seiring kemunduran Demak terutama setelah meninggalnya Trenggana, Banten yang sebelumnya vassal (kerajaan bawahan) Demak melepaskan diri dan menjadi kesultanan yang mandiri.

Kehidupan Ekonomi

Banten di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dapat berkembang menjadi bandar perdagangan dan pusat penyebaran agama Islam. Adapun faktor-faktornya ialah: (1) letaknya strategis dalam lalu lintas perdagangan; (2) jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, sehingga para pedagang Islam tidak lagi singgah di Malaka namun langsung menuju Banten; (3) Banten mempunyai bahan ekspor penting yakni lada.
Banten yang menjadi maju banyak dikunjungi pedagang-pedagang dari Arab, Gujarat, Persia, Turki, Cina dan sebagainya. Di kota dagang Banten segera terbentuk perkampungan-perkampungan menurut asal bangsa itu, seperti orang-orang Arab mendirikan Kampung Pakojan, orang Cina mendirikan Kampung Pacinan, orang-orang Indonesia mendirikan Kampung Banda, Kampung Jawa dan sebagainya.

Kehidupan Sosial-budaya

Sejak Banten di-Islamkan oleh Fatahilah (Faletehan) tahun 1527, kehidupan sosial masyarakat secara berangsur- angsur mulai berlandaskan ajaran-ajaran Islam. Setelah Banten berhasil mengalahkan Pajajaran, pengaruh Islam makin kuat di daerah pedalaman. Pendukung kerajaan Pajajaran menyingkir ke pedalaman, yakni ke daerah Banten Selatan, mereka dikenal sebagai Suku Badui. Kepercayaan mereka disebut Pasundan Kawitan yang artinya Pasundan yang pertama. Mereka mempertahankan tradisi-tradisi lama dan menolak pengaruh Islam
Kehidupan sosial masyarakat Banten semasa Sultan Ageng Tirtayasa cukup baik, karena sultan memerhatikan kehidupan dan kesejahteran rakyatnya. Namun setelah Sultan Ageng Tirtayasa meninggal, dan adanya campur tangan Belanda dalam berbagai kehidupan sosial masyarakat berubah merosot tajam. Seni budaya masyarakat ditemukan pada bangunan Masjid Agung Banten (tumpang lima), dan bangunan gapura-gapura di Kaibon Banten. Di samping itu juga bangunan istana yang dibangun oleh Jan Lukas Cardeel, orang Belanda, pelarian dari Batavia yang telah menganut agama Islam. Susunan istananya menyerupai istana raja di Eropa.



DAFTRA PUSTAKA

Badrika, Wayan. 2006. Sejarah untuk SMA Jilid 2 kelas XI Program Ilmi Alam. Jakarta: Erlangga
Hapsari, Ratna dan Adil,M. 2014. Sejarah Indonesia Jilid 1 untuk SMA/MA Kelas x, Jakarta, Erlangga.
Hapsari, Ratna. 2006. Eksplorasi Sejarah Indonesia dan Dunia Jilid 2 Untuk SMA Kelas XI Program IPS. Jakarta: Erlangga
Matroji. 2004. Sejarah SMP Jilid 1 untuk Kelas VII. Jakarta: Erlangga
Nata, Abuddin,Sejarah Pendidikan Islam,Jakarta: Fajar interpratama offset,2011
Wiramiharja,Y, Sejarah Kita & Dunia Sepanjang Masa,Bandung:Binacipta,1975
http://www.zonasiswa.com/2015/06/sejarah-kerajaan-banten-kehidupan.html. Kamis 9 November 2017 pukul 05:10 WIB

Komentar

  1. Best online casino in Asia
    1. Bovada Casino. 온카지노 Bovada is one of the newest online gaming platforms in Asia. They 메리트카지노총판 are a new online casino, 카지노사이트 launched in 2019. You can gamble online

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini